Pelajaran dari Muhammad Al-Fatih 'Sang Penakluk'
Benteng Konstaninopel sudah berusaha di taklukaan oleh pasukan kaum muslimin sejak sekitar 850 tahun sebelumnya, mulai dari Zaid bin Muawiyah. Akhirnya Konstantinopel ditaklukkan oleh Muhammad Al-Fatih pada 1453 M.
Sultan Utsmaniyah yang berumur 21 tahun ini memimpin penaklukan Konstantinopel melawan tentara bertahan yang dikomandoi oleh Kaisar Bizantium Konstantinus XI. Pengepungan berlangsung dari Jumat, 6 April 1453 sampai Selasa, 29 Mei 1453 (berdasarkan Kalender Julian).
Penaklukan Konstantinopel menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi, sebuah negara yang telah berlangsung selama hampir 1.500 tahun, itu juga merupakan pukulan besar untuk Kristen. Intelektual Yunani dan non-Yunani beberapa meninggalkan kota Konstantinopel sebelum dan sesudah pengepungan, migrasi terutama ke Italia.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari Muhammad Al-Fatih 'Sang Penakluk'
- Muhammad Al Fatih merupakan pemuda berusia kurang dari 21 tahun saat penaklukkan.
- Pemuda yang sangat percaya dengan bisyaroh Rasulullah bahwa sebaik-baik pemimpin ialah yang memimpin penaklukan Konstantinopel.
- "Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
- Pemuda yang melayakkan dirinya setiap harinya di siang hari meningkatkan kapasitasnya dan di malam hari bertaqarub terus dengan ilahi. Tercatat, Al Fatih sejak baligh hingga wafat selalu menegakkan Tahajud dan sholat jamaah.
- Dia mengumpulkan pasukan-pasukan terbaik di masa itu, yang disebut pasukan Inkisariyah.
- Dia menguasai geopolitik dengan mendirikan dua benteng di sekitar Konstantinopel sehingga memutus logistik Konstantinopel dari Eropa.
- Al Fatih mempersiapannya dengan membangun benteng sepanjang 30 ribu km dalam waktu kurang dari 4 bulan. Ini yang membedakan orang serius dengan yang tidak serius.
- Menyiapkan meriam raksasa yang terbesar di masa itu. Dia kerahkan hal-hal yang baru di masa itu dengan membariskan 250 ribu pasukan (2x lipat jumlah pasukan Alexander Agung).
- Al Fatih mengerahkan segala cara, sisi darat dan laut.
- Memindahkan 70 kapal melalui darat melewati bukit dalam waktu SEMALAM. Hal fenomenal dan menjadi horor bagi penduduk Konstantinopel.
- Mendirikan menara-menara bergerak.
- Membangun terowongan-terowong yang menggetarkan penduduk Konstantinopel.
- Al Fatih dibimbang langsung dengan gurunya, Syaikh Syamsudin (keturunan Abu Bakar Ash-Shidiq), sehingga saaat penaklukan Konstantinopel, Al Fatih satu-satunya orang yang tidak pernah meninggalkan sholat tahajud, tidak pernah masbuq sholat berjamaah, tidak pernah meninggalkan sholat dhuha. Ia satu-satunya.
- Patut diketahui, penggunaan teknologi tercanggih di bidang Metalurgi khususnya melalui ‘Fatih Canon’ sejenis ‘Meriam Howitzer’ masa kini dalam penyerbuan konstantinopel di masa tersebut membuktikan seorang Al Fatih adalah sosok yang tidak ‘Gaptek.’
- Pelajaran berharga buat kita semua adalah modal keimanan/ketakwaan tidak cukup untuk menaklukkan dunia ini, namun juga menguasai hal-hal yang teknis secara expert, sangat serius untuk mempersiapkan hal itu semua.
- Muhammad Al Fatih menguasai 6 bahasa, hafal peta semua kerajaan-kerajaan di Eropa beserta sejarah mereka semua, belajar siroh nabawiyah dan sejarah-sejarah generasi shahabat dan generasi selanjutnya, mengumpulkan pasukan terbaik (pasukan elit inkisariyah), melatih keimanan pasukannya. (pp)
0 Response to "Pelajaran dari Muhammad Al-Fatih 'Sang Penakluk' "
Post a Comment